Jumat, 12 Agustus 2011

Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

Pada kesehatan

Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi. Kuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat dapat menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.

Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem[1]. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.

Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman dimana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

Remediasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.

Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

Bioremediasi    

Bioremediasi  adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Menurut Dr. Anton Muhibuddin, salah satu mikroorganisme yang berfungsi sebagai bioremediasi adalah jamur vesikular arbuskular mikoriza (vam). Jamur vam dapat berperan langsung maupun tidak langsung dalam remediasi tanah. Berperan langsung, karena kemampuannya menyerap unsur logam dari dalam tanah dan berperan tidak langsung karena menstimulir pertumbuhan mikroorganisme bioremediasi lain seperti bakteri tertentu, jamur dan sebagainya.

1.      ^ Michael Hogan, Leda Patmore, Gary Latshaw and Harry Seidman das ist alles scheisse Computer modeling of pesticide transport in soil for five instrumented watersheds, prepared for the U.S. Environmental Protection Agency Southeast Water laboratory, Athens, Ga. by ESL Inc., Sunnyvale, California (1973)





Kamis, 11 Agustus 2011

STRUKTUR LAPISAN KULIT BUMI (LITHOSFER) DAN BENTUK MUKA BUMI

            Pertama - tama perlu anda ketahui bahwa kata lithosfer berasal dari
bahasa yunani yaitu lithos artinya batuan, dan sphera artinya lapisan
lithosfer yaitu lapisan kerak bumi yang paling luar dan terdiri atas
batuan dengan ketebalan rata-rata 1200 km.

Perlu anda pahami bahwa yang dimaksud batuan bukanlah benda yang keras
saja berupa batu dalam kehidupan sehari hari, namun juga dalam bentuk tanah
liat, abu gunung api, pasir, kerikil dan sebagainya.
Tebal kulit bumi tidak merata, kulit bumi di bagian benua atau daratan lebih tebal
dari di bawah samudra.

Bumi tersusun atas beberapa lapisan yaitu:

a. Barisfer yaitu lapisan inti bumi yang merupakan bahan padat yang tersusun
dari lapisan nife (niccolum=nikel dan ferum besi) jari jari barisfer +- 3.470 km

b. Lapisan antara yaitu lapisan yang terdapat di atas nife tebal 1700 km. Lapisan
ini disebut juga asthenosfer mautle/mautel), merupakan bahan cair bersuhu
tinggi dan berpijar. Berat jenisnya 5 gr/cm3
.
c. Lithosfer yaitu lapisan paling luar yang terletak di atas lapisan antara dengan
ketebalan 1200km berat jenis rata-rata 2,8 gram/cm3

Litosfer disebut juga kulit bumi terdiri dua bagian yaitu:

1. Lapisan sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan
alumunium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan AL 2 O3.
Pada lapisan sial (silisium dan alumunium) ini antara lain terdapat batuan
sedimen, granit andesit jenis-jenis batuan metamor, dan batuan lain yang
terdapat di daratan benua.

Lapisan sial dinamakan juga lapisan kerak bersifat padat dan batu bertebaran
rata-rata 35km.
Kerak bumi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu:
- Kerak benua : merupakan benda padat yang terdiri dari batuan granit
di  bagian atasnya dan batuan beku basalt di bagian
bawahnya. Kerak ini  yang merupakan benua.
- Kerak samudra : merupakan benda padat yang terdiri dari endapan di
laut pada bagian atas, kemudian di bawahnya batuan
batuan vulkanik dan yang paling bawah tersusun dari
batuan beku gabro dan peridolit. Kerak  ini menempati
dasar samudra

2. Lapisan sima (silisium magnesium) yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun
oleh  logam logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa Si O2
dan Mg O  lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada
lapisan sial karena   mengandung besi dan magnesium yaitu mineral ferro
magnesium dan batuan   basalt. Lapisan merupakan bahan yang bersipat
elastis dan mepunyai ketebalan  rata rata 65 km

1. Batuan pembentuk lithosfer
Pada lithosfer terdapat tiga jenis batuan yaitu:
a. Batuan beku
b. Batuan sedimen
c. Batuan metamorf
Semua batuan pada mulanya dari magma
Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung berapi.
Gunung berapi ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma yang sudah
mencapai permukaan bumi akan membeku. Magma yang membeku kemudian
menjadi batuan beku. Batuan beku muka bumi selama beribu-ribu tahun
lamanya dapat hancur terurai selama terkena panas, hujan, serta aktifitas
tumbuhan dan hewan.
Selanjutnya hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air, angin atau hewan
ke tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan yang diendapkan disebut
batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau beku dapat
berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan
temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan malihan
atau batuan metamorf.

Untuk lebih memahami jenis-jenis batuan perhatikan uraian berikut:

a. Batuan Beku
Ada dua macam batuan beku, yaitu batuan beku dalam (contohnya batu
granit), dan batuan beku luar (contohnya batu andesit ). Untuk mengetahui
ketepatan batuan jenis batuan harus dilakukan uji laboratorium dengan
menggunakan mikroskop untuk melihat bentuk kristal batuanya

b.   Batuan sedimen

Ada beberapa macam batuan sedimen, yaitu batuan sedimen klastik,
sedimen kimiawi dan sedimen organic. Sedimen klastik berupa campuran
hancuran batuan beku, contohnya breksi, konglomerat dan batu pasir.
Sedimen kimiawi berupa endapan dari suatu pelarutan, contohnya batu
kapur dan batu giok. Sedimen organic berupa endapan sisa sisa hewan
dan tumbuhan laut contohnya batu gamping dan koral.

c.  Batuan Malihan (Batuan Metamorf)
Batuan malihan atau metamorf adalah batuan yang berubah bentuk.
Contohnya kapur (kalsit) berubah menjadi marmer, atau batuan kuarsa
menjadi kuarsit.

2.  Pemanfaatan lithosfer

Lithosfer merupakan bagian bumi yang langsung berpengaruh terhadap
kehidupan dan memiluki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan di bumi.
Litosfer bagian atas merupakan tempat hidup bagi manusia, hewan dan
tanaman. Manusia melakukan aktifitas di atas lithosfer.
Selanjutnya lithosfer bagian bawah mengandung bahan bahan mineral yang
sangat bermanfaat bagi manusia. Bahan bahan mineral atau tambang yang
berasal dari lithosfer bagian bawah diantaranya minyak bumi dan gas, emas,
batu bara, besi, nikel dan timah.9
Melihat manfaat Litthosfer yang demikian besar tersebut sepantasnyalah kita
selalu bersyukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Kamis, 28 Juli 2011

Pemanasan global dan Pencemaran Alam


Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Gunung Api Krakatau

Gunung Api Bawah Laut Sulawesi


Laut Sulawesi di barat Samudra Pasifik dibatasi oleh Kepulauan Sulu, Laut Sulu, dan Pulau Mindanao, Filipina, di utara, di timur oleh rantai Kepulauan Sangihe, di selatan oleh Sulawesi, dan di barat oleh Kalimantan, Indonesia . Laut ini berbentuk basin besar, dan kedalamnya mencapai 6.200 m. Memanjang 420 mil (675 km) utara-selatan dengan 520 mil (837 km) timur-barat dan wilayah permukaan totalnya 110.000 mil persegi (280.000 km persegi). Laut ini membuka ke barat daya melalui Selat Makassar ke Laut Jawa.
Laut Sulawesi merupakan potongan kolam samudera kuno yang terbentuk 42 juta tahun yang lalu di lingkungan yang jauh dari massa daratan apapun. Dari 20 juta tahun yang lalu, gerakan mengeras telah mendorong kolam laut ini cukup dekat ke gunung api Indonesia dan Filipina untuk menerima runtuhan vulkanik. Dari 10 juta tahun yang lalu Laut Sulawesi dibanjiri dengan jatuhan benua, termasuk batu bara, yang jatuh dari pegunungan muda yang baru berkembang di Kalimantan dan basin itu telah bergabung dengan Eurasia.
Batas antara Laut Sulawesi dan Sulu ada di Patahan Sibutu-Basilan. Arus laut yang kuat, parit samudera yang dalam dan gunung laut yang tinggi, bergabung dengan pulau vulkanik, mengakibatkan terbentuknya ciri oseanografis yang kompleks.

animasi Proses Kiamat

Rantai Makanan

Siklus Air


Merupakan proses perjalanan / siklus air

Gerhana Matahari

Rabu, 26 Januari 2011

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK TANAH

Tanah dalam Bahasa Inggris disebut soil, menurut Dokuchaev: tanah adalah
suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam
yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi.

Sedangkan lahan Bahasa Inggrisnya disebut land, lahan merupakan lingkungan
fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan
dan kesejahteraan hidup manusia. Yang dimaksud dengan lingkungan fisis
meliputi relief atau topografi, tanah, air, iklim. Sedangkan lingkungan biotik meliputi
tumbuhan, hewan, dan manusia. Jadi kesimpulannya pengertian lahan lebih luas
daripada tanah.

Gambar Tanah 



Faktor-faktor Pembentuk Tanah
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah,
antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor
tersebut dapat dirumuskan dengan rumus sebagai berikut:

T = f (i, o, b, t, w)

Keterangan:
T = tanah b = bahan induk
f = faktor t = topografi
i = iklim w = waktu
o = organism

Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Iklim

Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama
ada dua, yaitu suhu dan curah hujan.

a. Suhu/Temperatur

Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila
suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga
pembentukan tanah akan cepat pula.

b. Curah hujan

Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian
tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah
menjadi asam (pH tanah menjadi rendah)

2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)
 gambar vegetasi :
gambar jasad renik :



Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam
hal:
a. Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan
kimiawi.

Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup
(hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan
yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.


b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan
dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di
permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan
jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.7

c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di
daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan
dapat membentuk tanah.
Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan
dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah
berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis yang berasal
dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.

d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh
terhadap sifat-sifat tanah.
Contoh, jenis cemara akan memberi unsur-
unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di
bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah
di bawah pohon jati.

3. Bahan Induk

Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen
(endapan), dan batuan metamorf.
Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami
pelapukan dan menjadi tanah.

Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat
(terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya
masih terlihat misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang
kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan
mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi diatasnya. Bahan
induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan
kadar ion Ca yang banyak pula sehingga dapat menghindari pencucian asam
silikat dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu.
Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah
yang warnanya lebih merah.

4. Topografi/Relief

Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:

a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih
tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal
karena terjadi sedimentasi.

b. Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan
tanahnya menjadi asam.

5. Waktu

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan
dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi
semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah
habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti
kuarsa.
Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah
berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.